Gerimis penghujung tahun menyambut kedatangan kami sore itu. Titik titik hujan menimpuk kaca mobil berbarengan dengan wiper yang tak henti hentinya membersihkannya kembali. Pak Leman, supir paruh baya yang kami kenal beberapa hari lalu di stasiun kereta Bandung, dengan gesit mengemudikan mobil di jalan yang berkelok-kelok dan sedikit berbukit. Alunan musik sunda dari mobil pak Leman mendayu berdendang mengantar kami menuju KAMPUNG DAUN… Ada sekitar setengah jam perjalanan dari Hotel Grand Serela Jln Setiabudhi tempat kami menginap, sebelum akhirnya kami disambut oleh Gapura besar bertuliskan Kampung Daun ‘Wilujeng Sumping” yang dalam bahasa sunda berarti “Selamat Datang”.
Temaram cahayanya menerpa daun dan pepohonan menambah indah suasana perkampungan.
Kampung Daun merupakan salah satu destinasi wisata di bagian utara kota Bandung, dalam lingkungan Villa Trinity. Dari beberapa informasi yang kami dapat, dahulunya Kampung Daun adalah sebuah Lembah kecil yang
dilindungi dan juga dikelilingi oleh tebing-tebing batuan padat sebelum akhirnya di desain dengan kreativitas berseni tinggi dan disulap menjadi tempat wisata kuliner dengan atmosfer desa tradisional nan romantis. Sesuai namanya, Kampung Daun layaknya sebuah perkampungan sepi, jauh dari hingar bingar perkotaan. Yang ada hanyalah suara gemericik air gunung dan gesekan daun yang dilalui tetes hujan. Gubuk-gubuk kecil berjejer rapi mengikuti kelokan jalan setapak lengkap dengan kentongan bergelayut disetiap sudutnya, sementara gubuk lain menempati bukit-bukit kecil disekitarnya.
Sebagaimana umumnya hutan tropis, tumbuhan pakis mendominasi tanaman di lembah hijau ini sementara bambu tumbuh tinggi menjulang disela-sela pepohonan lainnya. Tak Sabar, si kecil Ilma merogoh hp android dari tas kecilnya dan mulai menjepret setiap sudut yang kami lalui dengan perlahan. Jalan setapak yang terbuat dari batu alam tampak mengkilap licin oleh gerimis yang tak sedikitpun membuat surut semangat kami menjelajah dan menikmati indahnya suasana senja di Kampung Daun. Senja merangkak menghampiri malam. Lampu lampu mulai dinyalakan.
Dan kamipun menuju gubuk kecil kami. Setelah kentongan dipukul beberapa kali, pelayan dengan pakaian tradisional sigap datang dan mulai mencatat semua pesanan.
Sejenak melepas penat dan kaki yang sedikit pegal, kami duduk lesehan mengitari meja. Laptop dan gadget menjadi teman disaat menunggu hingga menu pesanan akhirnya tiba… yummi… menu khas ala Kampung Daun dengan lahap kami santap. Seduhan teh poci hangat diiringi kerikan jangkrik melengkapi suasana santai kami malam itu. Benar benar suasana pedesaan yang sempurna…
No comments:
Post a Comment